Jika perang di Laut China selatan terjadi, bagaimana dengan kesiapan TNI

Dua th. lantas, Amerika Serikat merencanakan menggeser kemampuan militernya ke lokasi Asia Tenggara. Pasti hal semacam ini adalah ancaman untuk negara-negara di ASEAN. Paling paling dekat, pangkalan militer Amerika mengambang di dekat Singapura serta Australia. Sejumlah 2000 pesawat jet tempur Amerika siap terlepas landas bila perseteruan di Laut China Selatan betul-betul pecah.

Juga sebagai bangsa, apakah Indonesia sadar bakal ancaman yang dapat nampak kurun waktu dekat itu. Terlebih kondisi di Laut China Selatan semakin panas mulai sejak akhir bln. lantas saat pesawat intai P8 Poseidon punya Amerika Serikat dideteksi Angkatan Laut China ada diatas ketinggian 4500 mtr.. Pesawat tanpa ada awak itu ada pas diatas pulau yang diklaim punya China.

Indonesia sebenarnya mempunyai daya tawar buat mengatasi perseteruan Laut China Selatan. Terlebih mulai sejak masa Soekarno, Indonesia memanglah pilih untuk Non Blok. Menurut pengamat Pertahanan serta Militer dari Kampus Indonesia Connie Rahakundini Bakrie, China ataupun Amerika bukanlah ancaman untuk Indonesia.

Bila Presiden Jokowi berani, semestinya Indonesia memimpin negara ASEAN jadikan lokasi Laut China Selatan juga sebagai zona bebas yang tentu bikin aman lokasi itu. " Saat ini bila Jokowi berani memimpin negara besar di ASEAN, sesungguhnya lokasi Laut China dapat segera aman. Asal negara ASEAN serta China setuju jadikan lokasi itu zona bebas, " kata Connie waktu terlibat perbincangan dengan merdeka. com di suatu cafe lokasi Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Rabu malam lantas.

Di bawah ini cuplikan wawancara Connie pada Arbi Sumandoyo dari merdeka. com :

Bila perang di Laut China selatan berlangsung, bagaimanakah dengan kesiapan TNI, terlebih untuk Alutsista yang banyak product sisa?

Kita janganlah ngomong lah bila benar perang berlangsung. Anda telah pinter dari saya lah. Yang perlu kita pikirkan begini, kita mesti merubah persepsi kita ketika kita beli senjata. Jadi begini, ide-ide beli sisa mesti dibuang jauh-jauh. Kita bukanlah lagi bicara masalah kemampuan namun kemampuan. Sama dengan saya tak sepakat dengan pesawat F 16. Itu Pesawat Grounded 22 th., tidak yakin kan? Saya mempunyai datanya resmi. Demikian jatuh, pasti F 16. Benarkan, yang jatuh itu.

Harusnya bukanlah juga Sukhoi?

Begini bila pesawat, sesungguhnya Sukhoi itu telah jadi mahal. Jadi buatan Amerika itu seluruhnya persis sama. Jadi bila ada apa-apa kanibalnya mudah. Jadi ukuran kokpit semasing itu sama. Ukuran pesawat Rusia itu lain serta ini langkah Rusia jual. Jadi untuk kokpit itu dapat beda 3 mili, 1 mili, 2 mili. Memanglah menurut saya itu telah jadi sisi dagangan dia lantaran kita tak dapat kanibal.

Nah saat ini begini ajalah, ingin itu barang Rusia, barang apa, bila saya katakan dari pada Sukhoi mengapa kita juga tak beli Jian. Kita kan negara bebas, kita telah mempunyai F 16, kita telah mempunyai Sukhoi serta saat ini kita mau bikin Skuadron Jian. Jian kurang apa canggihnya, Jian nyaris sama juga dengan Sukhoi. Jian-10. Beli dong Jian-10, pasti China berikan keringanan. Potong kuping saya bila tak. Maka dari itu saya katakan Indonesia itu harusnya dibagi empat armada. Armada barat, Armada Timur, Armada Utara serta Armada Selatan.

Di sinilah mengapa kita tak bisa main-main. Saya tak sepakat tiga armada, bila untuk empat telah terang, untuk Armada Barat kita dapat kerja sama juga dengan China banyak. Bila di hayalan saya ya, kan kita negara keseimbangan bila saksikan geopolitiknya. Di situlah di Madiun, Di Pontianak kita buat Jian Squadron. Angkatan laut kita kapal-kapal perangnya sama China lah, beli lah kapal cepat atau kapal apa. Kapal China telah canggih-canggih.

Nah Indonesia Timur serta Laut Pasifik, kan tadi empat armada, baru tuh kita ingin pinjam barangnya Amerika kek, Australia kek. Ini yang saya katakan kita dapat gunakan angka optimal untuk pertahanan kita. Janganlah mendadak ada uang kita beli apa-beli apa.

Bila China bukanlah ancaman paling besar, sesaat tempo hari mereka mengklaim kepulauan Natuna?

Tidak tahu peristiwa th. lantas di paspor China ada negara Indonesia. Paspor yang lama kan telah ditarik, tempo hari Natuna juga masuk. Ini dapat dikerjakan dengan cara diplomasi kan, jadi janganlah dibikin panas. Jadi jangan sempat lantaran bila China katakan itu jadi klaim, itukan dari China belum ada itu. Bila dari China telah ada pernyataan resmi presiden umpamanya atau menteri pertahanan China " oh natuna yaitu sisi " di situlah Indonesia balik tubuh " oke bila demikian kita sama Amerika ". Namun saat ini tidak. Menurut saya yang tempo hari itu telah lebih kronis ketika di paspor China ada Indonesia. Kebijakan kita apa? itu dapat dikerjakan dengan cara diplomatik. Jadi bukanlah gosip baru bila Natuna dikira masuk lokasi China. Namun lantaran China belum ada pernyataan resmi.

Bagaimanakah dengan pernyataan keras Presiden Jokowi pada klaim itu?

Ya buat saya itu bagus. Buat saya tersebut sikap seseorang negarawan. Menurut saya dia lebih terang kok. Sekurang-kurangnya kita tau kita ingin jadi apa. Saat itu saya tidak paham ingin jadi apa kok, maka dari itu diketawain bila saya lagi paparan. Lantaran kita cuma public enemy, bahwa ancaman kita itu bahwa kita tak dapat mengamankan lokasi kita sendiri. Itu ancaman. Janganlah ngomongin Chinanya, janganlah ngomongin Amerikanya, Janganlah ngomongin Rusianya. Kita tak dapat mengamankan lokasi kita sendiri.

Berapakah lokasi yang kita tak dapat amankan?

Yakni tadi ASEAN. Kan kita ada Political Security Community, 3000 paper satu tahun. 3000-an lah atau berapakah saya tidak paham. Pertemuanya dari mulai kelas yang paling bawah hingga uniteral ministry meeting. Kita bukan hanya diskusi-diskusi, saat ini ngomong yang pasti. Lokasi itu yaitu ASEAN. ASEAN itu yaitu Asean Political security Community kita dapat dipaksa, namun kita yaitu satu kesatuan politik ketahanan serta ekonomi serta sosial. Ya telah. Jadi ancaman kita yaitu kami terasa terancam lokasi kami banyak pemain asing yg tidak mengeklaim namun kebutuhannya sangat banyak.

Yang keempat, saat ini bila Jokowi berani memimpin negara besar di ASEAN, sesungguhnya lokasi Laut China dapat segera aman. Asal negara ASEAN serta China setuju jadikan lokasi zona bebas. Jadi itu lokasi tidak bisa diapa-apain, karenanya untuk hari esok ikan dunia di situ, gas-nya dunia berapakah, saya ada datanya itu. Jadi janganlah diapa-apain lah. Itu jadi lokasi SBR serta SFR nya ASEAN. Karenanya tadi Political Security Community serta bila kita bawa ASEAN, ini untuk kebersamaan ASEAN, pasti China ingin. Jadi begini lho, maka dari itu saya terkadang sukai kecewa Indonesia masih tetap ngomongnya gini lho, oh tidak ada ancaman namun mendadak ada musuh dari utara, tidak begini dong. 

Banyak pangkalan Militer Amerika yang paling dekat dengan Indonesia, bukanlah kah itu ancaman? 

Sesungguhnya, janganlah dikira meneror lantaran Amerika memanglah kebijakan politik pertahanannya telah terang. Dunia dia untuk regional masuk teritorialnya dia. Ada menuju lokasi dia untuk. Sebenarnya itu masalah dialah, dia mempunyai uang untuk penyebaran militer. Kita harus katakan yaitu lokasi kita mesti aman. Bila negara yang bukanlah pengeklaim telah memengaruhi yang mendorong-dorong menyudutkan China, pastinya China geram lah. Saat ini posisi kita ada di China, alasan China mudah lho. Amerika saat ini ada di pulau pacific, kata siapa itu mempunyai Amerika. Sudahlah, China telah mempunyai argumen demikian serta saat ini kita janganlah ingin didorong-dorong, diperalat yang seperti saya katakan tadi, saya lebih setuju dengan perkataan Pak Ade, navy to navy talk for ASEAN, murni. Tak bisa ASEAN untuk SWAT. 

Bagaimanakah dengan militer kita, apakah siap bila dipandang dari reformasi di badan TNI? 

Reformasi TNI telah usai. Telah benar TNI. Yang saat ini belum usai itu, demikian presiden ngomong A. Tak ada lalu umpamanya kita jadi poros maritim dunia, mana ada kita mengalirkan kiat kita? Saya bertanya apa maritim strategy kita? Tidak ada. Apa laut hijau kita, tidak ada. Kita belum tahu apa armada laut kita, ingin kemana armada laut kita. Bila poros maritim dunia telah terang nih, armada hijau kita ngapain, armada biru kita ngapain di tiga samudera. 

Apa pemicunya? 

Ini lantaran menteri pertahanannya diam saja. Ini saya katakan penyataan presiden mesti disikapi oleh menteri. Serta Menhan itu juga tak dapat berkomentar lantaran mungkin saja menteri luar negerinya tak ini. Menurut saya mesti terang. Indonesia itu mesti proaktif. Jadi tadi menerap leading aktornya ASEAN. Mengamankan ADIS. Itu dengan ngomong demikian saja Menhan serta Menlu beralih segera. Lantaran berarti tentara kita telah tak main-main lagi di Indonesia telah di negara ASEAN. Berarti apa? kita mesti beli peralatan yang sama. Kan permasalahan kerja sama itu kita tak mempunyai peralatan yang sama. 

Anda mempunyai becak sedang yang lain mempunyai Ferrari, ya tidak nyambung. Jadi bila dia ngomong umpamanya saat ini ASEAN ADIS, ASEAN AMIZ lantaran kita negara poros maritim dunia mari kita dorong ADIS, AMIZ-nya ASEAN itu memengaruhi pengadaan. Ini yang saya katakan tidak ada pernyataan politik panglima juga tak dapat lantaran tentara kita bukanlah tentara berpolitik. 

Diluar perseteruan Laut China Selatan, masalah pertahanan Indonesia bagaimanakah? 

Saat ini begini saja, kita saksikan Indian Ocean. Tahu tidak lautan India itu di depan mata kita. Dahulu saja Bung Karno nyebutnya Samudera Indonesia bukanlah Samudera India. Berarti ya mbok dipikirin deh, kita harusnya telah dapat menebarkan seperti China. Angkatan laut kita mesti seperti China. Mereka telah ada di kutub selatan. Memanglah anda pikir tak ada angkatan laut China di kutub selatan. Gede disana China buat base. Base dong Indonesia disana, kita memiliki hak klaim kok bila ingin. 

Pada akhirnya perebutan siapa yang bertahan kok. Nah bila kita ingin bertahan, ya telah itu klaim saja kutub utara masih tetap 13 % bila ingin. Saat ini 49 % kutub utara mempunyai Australia lantaran kita diam saja. Walau sebenarnya bila 49 dikurangi 13 boleh-boleh saja lantaran bila ditarik ke bawah ada di garis kita kok. Jadi saya lebih yakin seperti Tan Malaka katakan, dunia dibagi adil saja lah mendingan. Keseimbangan kemampuan. Nah ini akan tidak terwujud keseimbangan kemampuan lantaran tadi kita ngomong saja disetir. 

Kan keseimbangan kemampuan itu kita mesti meyakini, kita dapat, kita dapat lokasi kita berdiri dengan sendiri. Untuk kurangi kemungkinan kita di akal-akalin ASEAN di pecah-pecah, unit udaranya dahulu. Bila udaranya menyatu, maritimnya pasti menyatu.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar