Kisah heroik Pasukan Garuda hadapi serangan tank prajurit Kongo

Debut Kontingen Garuda dalam misi perdamaian PBB senantiasa membanggakan. Pasukan Perdamaian asal Indonesia ini senantiasa dekat dengan orang-orang, namun dapat lakukan misi-misi tempur yang bikin decak mengagumi akan negara lain.

Ada cerita menarik waktu Pasukan Garuda II di kirim ke Kongo th. 1960. Waktu itu negara di belahan Afrika itu dilanda perseteruan berdarah. Kongo baru merdeka, tetapi rupanya Belgia belum ikhlas negara jajahannya itu terlepas semuanya. Perseteruan antar suku yang ditunggangi Belgia juga meletus penuh darah.

PBB kirim pasukan UNOC (United Nations Operations in Congo). Indonesia jadi salah satu negara yang turut menyumbangkan pasukan.

Disana mereka mesti hadapi ANC (Army Nation of Colongese). Pasukan Kongo ini mutu prajuritnya rendah, disiplinnya juga buruk. Dahulu waktu masih tetap dijajah Belgia, beberapa perwira semuanya dipegang orang Belgia. Orang Kongo asli paling cuma bisa pangkat sersan. Pasukan ANC ini dapat terkadang kurang bersahabat dengan Pasukan PBB. Berulang-kali berlangsung gesekan pada UNOC serta ANC.

Cerita ini ditulis dalam buku Jenderal Tanpa ada Angkatan, Memoar Eddie M Nalapraya yang diterbitkan Zigzag Creative.

Tetapi hadirnya pasukan Indonesia di Kongo rupanya dapat mencairkan jalinan dengan ANC. Pasukan Indonesia serta ANC jadi dapat berpatroli berbarengan dengan rukun di lokasi Buende.

Tetapi langkah tegas juga terus di ambil bila ada permasalahan. Satu hari pasukan ANC menggertak Markas Berkas UNOC di Leopodoldville. Mereka kirim tank-tank bermanuver di dekat markas pasukan PBB itu. Kebetulan sebagai penjaga markas yaitu satu kompi pasukan Indonesia. Ada satu peleton antihuru-hara Marinir di kompi itu.

Tantangan ANC segera dijawab pasukan Marinir Indonesia. Mereka segera lari keluar. Sigap dengan enam buah senjata antitank siap tembak.

 " Senjata antitank ini memanglah kita sembunyikan di lantai dasar headquarter, Beberapa gerakan keprajuritan yang dipertunjukkan oleh Kompi C ini baik sekali, mengesankan, " kata Letjen (Purn) Himawan Sutanto yang ketika itu masih tetap berpangkat Mayor.

Hal semacam ini tidak disangka ANC. Lihat tindakan pasukan Indonesia siaga dengan senjata antitank, pasukan Kongo takut juga. Tank-tank itu segera mundur meninggalkan Markas UNOC PBB.

Kekuatan pasukan Indonesia memperoleh pernyataan internasional. Beberapa pejabat UNOC mengaku mereka juga sebagai pasukan tempur dengan kwalitas nomer satu. Tetapi dapat membuat kedekatan dengan rakyat hingga ingin terima hadirnya pasukan PBB.

 " Pada saat kami meninggalkan Kongo, pasukan kami dilepaskan dengan penuh rasa persahabatan. Bahkan juga ada orang-orang yang hingga menangis semua, " kenang Letjen (Purn) Solichin GP yang saat itu memimpin Batalyon Garuda II.
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar